BMKG Jelaskan Fenomena Suhu Dingin Tak Terkait Pemanasan Global

Ilustrasi pemanasan global. Foto : Pixabay

FAKTA JATENG – Ketua Tim Kerja Produksi Iklim dan Kualitas Udara, BMKG, Siswanto mengaku suhu dingin yang akhir-akhir ini dirasakan masyarakat di sebagian wilayah di Indonesia disebabkan karena pengaruh angin Monsun Australia. Fenomena seperti ini biasa terjadi pada puncak musim kemarau, pada bulan Juli hingga Agustus.

“Suhu yang relatif lebih dingin di wilayah Indonesia bagian selatan saat musim kemarau ini adalah fenomena yang terjadi setiap tahun,” kata Siswanto seperti dikutip dari Pro 3 RRI, Kamis 18 Juli 2024.

Dari catatan BMKG, suhu dingin rata-rata di Indonesia berkisar antara 15 hingga 22 derajat Celsius.

“Kalau di daerah pegunungan atau dataran tinggi bahkan suhunya bisa mencapai 0 derajat hingga minus,” ucap Siswanto.

Ini seperti yang terjadi di Dieng Jawa Tengah dan Bromo Jawa Timur. Ini lah yang menyebabkan terjadinya embun beku atau embun es di tempat-tempat tinggi.

Namun fenomena suhu dingin, menurut Siswanto, bukan merupakan dampak dari perubahan iklim yang saat ini terjadi. Dirinya mengatakan suhu udara cenderung mengalami fluktuasi secara terus menerus setiap tahun.

“Perubahan iklim yang diakibatkan karena pemanasan global tidak lantas meniadakan fluktuasi suhu setiap tahun.   Tetap akan tercatat suhu maksimum di siang hari, dan suhu minimun di malam hari sepanjang tahun,” katanya.

Meski demikian dirinya tidak menampik jika pemanasan global telah menyebabkan peningkatan suhu secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

“Rata-rata diantara kedua fluktuasi suhu tadi trennya meningkat,” ujarnya.

Fluktuasi suhu dingin dan panas cenderung terjadi setiap tahun.

“Jika saat ini masyarakat merasakan suhu dingin, maka di bulan April dan Oktober akan terasa panas cetar membahana,” kata Siswanto.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *